Saturday, June 13, 2015

Parafrasa Puisi


Yang dimaksud parafrase adalah mengubah puisi menjadi bentuk sastra lain (prosa). Hal itu berarti bahwa puisi yang tunduk pada aturan-aturan puisi diubah menjadi prosa yang tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut. Lebih mudahnya parafrase puisi adalah memprosakan puisi.
Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode memahami puisi, bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasekan puisi tetap dalam kerangka upaya memahami puisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi prosa ialah seperti berikut.
(1) Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.
(2) Pahami isi kandungan puisi secara utuh.
(3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.
(4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri.
(5) Sampaikan secara lisan atau dibacakan.
Contoh parafrasa puisi
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah… apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang Bakti
(PuisiBaru, Ali Hasyimi)
Setelah kita mendengarkan pembacaan puisi tersebut, dapat kita parafrasa sebagai berikut.
Puisi “menyesal”, karya Ali Hasymi mengisahkan seseorang yangmenyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia lalai dan lengah. Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu, miskin harta (tidak berilmu dan tidak mempunyai harta apa-apa). Ia merasa tidak adaguna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya. Ia bangkit dan mengajak generasi muda: atur barisan di hari pagi, menuju ke arah padang bakti.
Ada dua metode parafrase puisi, yaitu
a. Parafrase terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
b. Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.
Contoh:
Perhatikan puisi Chairil Anwar berikut ini
HAMPA
:kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Dengan teknik parafrase, puisi ini kita tambah beberapa
kata agar lebih mudah dipahami.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Fungsi Surat


Adapun fungsi surat yaitu sebagai alat komunikasi, sebagai wakil penulis, sebagai penghemat waktu, tenaga dan biaya, dan sebagai bukti tertulis.
1.      Surat sebagai alat komunikasi
Surat dijadikan sebagai alat penyampai informasi dari penulisnya kepada pembaca/penerimanya. Sebagai alat komunikasi surat tidak hanya bersifat satu arah, melainkan juga dua arah dan ke segala arah. Artinya surat juga dapat dibalas (surat balasan) sebagai timbal balik dan surat juga dapat dibuat/ditujukan kepada lebih dari satu orang (surat edaran, pengumuman, surat pembaca pada surat kabar dan lain-lain).
2.      Surat sebagai wakil penulis
Dalam hal ini penulis tidak perlu langsung bertatap muka dengan orang yang dituju untuk menyampaikan informasi melainkan diwakili oleh surat.

3.      Surat sebagai alat untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Berkomunikasi dengan surat berarti tidak bertatap muka, jadi berkomunikasi dengan surat dapat dilakukan dari jarak jauh. Oleh sebab itu surat dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.



4.      Surat sebagai bukti tertulis
Surat dapat dijadikan bukti tertulis untuk berbagai keperluan. Sehingga jika terjadi sesuatu (misalnya kekeliruan) kelak kemudian hari, surat dapat dijadikan acuan. Misalnya pada surat-surat perjanjian, surat waris dan sebagainya. Segala jenis surat juga dapat diabadikan/diarsipkan untuk kepentingan-kepentingan lain kelak kemudian hari.

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Unsur Kalimat


Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.
Hal yang penting dalam penyusunan kalimat adalah satuan bentuk yang akan mengisi S,P,O,Pel,Ket. Pengisi S,P,O,Pel,Ket dalam kalimat tidak hanya berupa kata, tetapi dapat juga berupa frasa. Untuk mengenali S,P,O,Pel,Ket secara sekilas, dan sebelum membahas kelima fungsi sintaksis itu satu per satu, berikut ini ditampilkan lima contoh kalimat yang memiliki S,P,O,Pel,Ket berbentuk frasa, yaitu pembawa acara yang kocak (itu).
(S)       Pembawa acara yang kocak itu // membeli // bunga.
                                    S                                  P               O
(P)       Indra // (adalah) pembawa acara yang kocak.
               S                                           P
(O)       Madona // menelpon // pembawa acara yang kocak itu.
                  S                P                                    O
(Pel)     pesulap itu // menjadi // pembawa acara yang kocak.
                     S                 P                                  Kel
(Ket)    Si Fulan // pergi // dengan pembawa acara yang kocak itu.
                   S             P                                    Ket

a.      Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Contoh :
(1)   Ayahku sedang membaca koran.
(2)   Meja guru besar.
(3)   Yang berbaju batik dosen saya.
(4)   Berjalan kaki menyehatkan badan.
(5)   Nisa sedang belajar.

b.      Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan S, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, cirri, atau jati diri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah permyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki S. predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Contoh :
(1)   Kuda meringkik.
(2)   Ibu sedang tidur siang.
(3)   Putrinya cantik jelita.
(4)   Robby mahasiswa baru.
(5)   Rumah Pak Hartawan lima.
(6)   Kota Jakarta dalam keadaan aman.

c.       Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu dibelakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti contoh bawah ini :
(1)   Orang itu menipu adik saya
(2)   Lena mencubit pipi Amel

d.      Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi seperti ini juga ditempati oleh O, dan jenis kata mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Contoh :
(1)   Ketua MPR // membacakan // Pancasila.
         S                       P                    O

(2)   Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
S                          P                     Pel.

e.       Keterangan
Keterangan (Kel) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, di belakang, atau di akhir kalimat.
Contoh :
(1)   Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas. (Ket. tempat)
(2)   Lia memotong roti dengan pisau. (Ket. alat)
(3)   Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (Ket. penyebaban)


Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono